Kuno - Masyarakat Mesir Kuno menganut kepercayaan politeisme, yakni pemujaan
kepada banyak dewa. Dewa dalam kepercayaan Mesir dipercaya sebagai pengendali
kekuatan alam yang sangat banyak jumlahnya. Konsep kepercayaan Mesir Kuno
dipercaya sudah ada sejak masa prasejarah mesir, dan sudah berlangsung lebih
dari 3.000 tahun sistem kepercayaan terus mengalami perubahan seiring
berjalannya waktu, terutama seiring pergantian Fir’aun penguasa.
Bangsa Mesir Kuno identik dengan pemujaan dalam bentuk ritual kepada
para dewa. Ritual tersebut dilakukan agar dewa berkenan memberikan karunia
kepada Mesir berupa sember daya yang melimpah dan terhindar dari segala bentuk
bencana. Konsep keteraturan alam semesta dalam kepercayaan Mesir Kuno adalah
Ma’at. Ma’at memiliki arti kebenaran, keadilan, dan keseimbangan dalam tatanan
alam semesta dan masyarakat manusia. Untuk menjaga Ma’at manusia harus saling
bekerja sama dalam menjalankan keteraturan tatanan masyarakat demi
kesejahteraan seluruh rakyat Mesir. Selain itu, manusia juga diwajibkan untuk
melakukan ritual kepada para dewa agar keteraturan alam semesta bisa terus
terjaga.
Praktek ritual pemujaan berpusat pada Fir’aun sebagai penguasa
mesir yang menjadi perantara tersampaikannya doa dan persembahaan kepada para
dewa. Keberadaan Fir’aun sebagai penguasa Mesir dipercaya memiliki kekuatan
suci untuk menyampaikan doa rakyat kepada dewa. Dengan diadakannya praktek
tersebut bisa dipastikan bahwasanya kepercayaan mesir kuno menggabungkan nilai
ritual keagamaan dengan fungsi politik (Umar, 2009). Masyarakat Mesir Kuno
tidak serta merta menganggap Fir’aun sebagai dewa sebagaimana yang disebutkan
dalam beberapa sumber, namun Fir’aun dianggap sebagai menusia yang dikaruniai
kekuatan suci dewa dan memiliki kewajiban untuk menjaga keadilan dan kesejahteraan
masyarakat serta melakukan ritual-ritual persembahan kepada para dewa. Dalam
kepercayaan Mesir kuno, orang yang diangkat menjadi Fir’aun akan mendapatkan
kekuatan Dewa Horus, sehingga harus disembah layaknya Dewa Horus; dan Fir’aun
yang meninggal dunia harus dihormati dan disembah layaknya Dewa Osiris.
Jumlah dewa dalam kepercayaan Mesir Kuno tidak bisa diidentifikasi
karena setiap elemen alam atau bahkan perasaan memiliki dewanya masing-masing.
Oleh karena itu, kami tidak bisa menyebutkan secara keseluruhan siapa saja dewa
dalam kepercayaan Mesir Kuno. Selain memiliki dewa yang sangat banyak,
kepercayaan Mesir Kuno memiliki banyak aliran yang berbeda dalam pemahaman
konsep penciptaan dan pemujaan terhadap dewa tertentu yang diutamakan. Berikut
ini adalah dewa-dewa terkemuka yang banyak disembah oleh masyarakat Mesir Kuno,
antara lain:
Ra
dalam kepercayaan Mesir Kuno adalah dewa matahari. Dewa Ra dalam
beberapa sumber dikabarkan sebagai dewa pertama dan dewa pencipta alam semesta.
Dewa Ra menciptakan dewa-dewa lain melalui ucapannya dan kemudian dewa-dewa
yang diciptakan menjelma menjadi elemen-elemen alam yang kita ketahui saat ini
seperti air (Dewi Tefnut), angin (Dewa Shu), langit (dewi Nut), dan bumi (Dewa
Geb). Dewa Ra juga dipercaya merupakan dewa tertinggi di kepercayaan Mesir
Kuno. Untuk menjaga keseimbangan alam, Dewa Ra akan terus mengarungi langit
dengan perahunya dan selalu terlahir kembali di pagi hari.
Amon
Amon dalam kepercayaan Mesir Kuno adalah dewa bulan. Dewa Amon adalah
dewa pencipta alam semesta bersama dengan Dewa Ra, hal ini didasarkan pada
anggapan kesetaraan matahari dan bulan. Dewa Amon juga disebutkan sebagai dewa
tertinggi sebagaimana Dewa Ra, kemudian dianggap sebagai satu kesatuan Dewa
Amon-Ra sebagai dewa tertinggi.
Osiris
Osiris adalah anak dari Dewa Geb (angin) dan Dewi Nut (langit) sekaligus
anak sulung dari empat bersudara yang kemudian dijadikan sebagai raja umat
manusia. Diangkatnya Osiris sebagai penguasa menyebabkan kecemburuan sudaranya,
Seth. Atas kedengkiannya Seth membunuh dan membuang mayat Osiris ke Sungai Nil
untuk merebut kekuasaan. Setelah kematiannya, Osiris dimumikan oleh Istrinya
(Isis) dan disembah sebagai dewa dunia orang mati.
Isis
Isis juga merupakan anak dari Dewa Geb dan Dewi Nut, serta saudara
kandung sekaligus istri dari Dewa Osiris. Dewi Isis dalam kepercayaan Mesir
Kuno adalah dewi alam dan sihir, serta pelindung wanita dan anak-anak. dewi
Isis juga dipercaya memiliki andil dalam banjir tahunan Sungai Nil yang
memberikan kesuburan pada tanah Mesir.
Seth
Seth adalah saudara kandung dari Osiris dan Isis. Seth digambarkan
sebagai dewa pemberontak, pembunuh, dan pemutilasi saudaranya untuk merebut
kekuasaan. Dalam kepercayaan Mesir Kuno, Seth adalah manifestasi kejahatan,
kedengkian, padang pasir, badai dan kelicikan.
Nephthys
Nephthys adalah saudara kandung dari Osiris, Isis, Dan Seth, sekaligus
istri dari Seth. Nephthys merupakan dewi pelindung rumah dan kuil pemujaan.
Keberadaan Nephthys cenderung pasif jika dibandingkan dengan saudara-saudaranya,
tetapi memiliki peran yang hampir sama dengan Dewi Isis.
Ma’at
Ma’at adalah dewi Mesir Kuno yang digambarkan sebagai manifestasi
kebenaran, keseimbangan, keteraturan, keadilan, dan hukum. Dewi Ma’at memiliki
peran untuk menjaga keteraturan tatanan alam semesta dan manusia dari ancaman
kekacauan.
Horus
Horus adalah anak dari Dewa Osiris dan Dewi Isis. Dalam aliran
kepercayaan tertentu, horus dipercaya sebagai dewa tertinggi yang berkuasa atas
manusia. Horus sendiri adal dewa penguasa langit dan dewa perang. Dewa ini
memiliki keterkaitan dengan Fir’aun Mesir Kuno yang dianggap sebagai perwujudan
Horus dimasa hidupnya, dan sebagai perwujudan Osiris setelah meninggalnya.
Anubis
Anubis dalam kepercayaan Mesir Kuno adalah dewa penjaga orang
mati dan pengantar menuju alam baka.
Thoth
Thoth dalam kepercayaan Mesir Kuno adalah dewa kebajikan, kepandaian,
tulisan, ilmu pengetahuan, dan seni. (Faqih)
Sumber rujukan:
Nurlidiawati,
N. 2015. Sejarah Agama-Agama (Studi Historis Tentang Agama Kuno Masa
Lampau). Rihlah: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan, 3(01),
88-108.
Peradaban
Mesir Kuno: Letak, Sejarah, Kepercayaan dan Peninggalan (pendidikanmu.com).
(online).
Umar,
M. (2009). Mesopotamia Dan Mesir Kuno: Awal Peradaban Dunia. El Harakah, 11(3),
198.
Penulis : Muhamad Ali Faqih
Posting Komentar