Hancurnya Peradaban Kerajaan Majapahit, Berdasarkan Analisis Geografis

         

 


Kuno - Keruntuhan Majapahit sering disebutkan dalam beberapa sumber literasi berdasarkan kitab-kitab peninggalan masa lampau. Keruntuhan yang disebutkan biasanya adalah keruntuhan politik Majapahit tahun 1400 Saka atau 1478 Masehi saat kekuasaan Majapahit diambil alih oleh Girindrawardhana, dan kemudian benar-benar runtuh setelah mendapati serangan dari Kesultanan Demak pada tahun 1527. Namun seringkali menjadi pertanyaan di lingkup masyarakat, yaitu kemana bekas-bekas Kerajaan Majapahit? Kenapa banyak dari peninggalan kerajaan besar seperti Majapahit bisa hilang begitu saja? Dan pertanyaan lainnya yang sejenis memerlukan jawaban dari analisis geografis Kerajaan Majapahit. 

Terdapat teori mengenai hilangnya peradaban Majapahit oleh peneliti dari Institusi Teknologi Bandung pada tahun 1980 (Daldjoeni dalam Gani,dkk. 2020). Teori tersebut mengatakan bahwa hancurnya Majapahit itu disebabkan oleh ledakan gunung berapi dan disertai banjir besar. Pendapat tersebut mengarah pada peristiwa  ledakan Gunung Welirang atau Gunung Anjasmoro, peristiwa ledakan menciptakan batuan piroklastik yang mengalir dan mengendap di sungai. Arah aliran ini diperkirakan mengarah ke utara dan barat laut, melalui aliran anak Sungai Brantas, salh satunya adalah Sungai Gembolo yang berasal dari Gunung Welirang. Selain itu, rentetan bencana setelah peristiwa ledakan adalah tanah longsor yang menimpa daerah pusat kerajaan, diiringi gempa bumi yang hebat dan luapan air Sungai Brantas

Kalaupun sisa Kerajaan Majapahit tidak dihancurkan oleh bencana alam, bisa saja kehancuran terjadi karena proses pendangkalan Sungai Brantas. hal tersebut menghambat kegiatan transportasi melalui air yang menjadi jalur utama sehingga hubungan Majapahit dengan luar wilayah menjadi buntu. Diperkirakan yang menjadi jalur utama transportasi kala itu adalah Kali Surabaya untuk berhubungan dengan luar daerah, sedangkan Kali Brantas sebagai jalur yang mendekati pusat kerajaan. 

Yang menjadi masalah geografi Majapahit khususnya daerah Trowulan dan sekitarnya adalah sungai periodik Brantas yang menjadi banjir di musim penghujan dan kering di musim kemarau sekitar 4 sampai 6 bulan. Hal tersebut terjadi karena pendangkalan Sungai Brantas oleh aktivitas gunung berapi Kelud (Kartodirjo dalam Gani, dkk. 2020). (Faqih)

Sumber Rujukan:  

Daldjoeni, N. 1982. Geografi Kesejarahan I (Peradaban Dunia). Bandung: Alumni 

Gani, R. A., & Sudyar, E. 2020. Kumpulan Cerita Majapahit. Mojokerto: Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto. 

Sumber Gambar: Historia.id 

Penulis: Muhamad Ali Faqih 

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama