Kuno - Ken Angrok adalah salah satu tokoh penting di
antara raja-raja Jawa Kuno, sebagai leluhur dari sebuah kemaharajaan paling
besar di nusantara Ken Angrok digambarkan sebagai raja yang memiliki perawakan
yang keras dan penuh siasat, darinya dinasti-dinasti besar lahir, mengantikan
dinasti-dinasti sebelumnya. Cerita Ken Angrok di awali dengan kisah pertemuan
sang ibu‒Ken Endok‒dengan dewa Brahma sewaktu ia hendak mengantarkan makanan
kepada suaminya‒Gajah Para‒yang sedang bekerja di sawah. Sang Dewa memberi
pesan pada Ken Endok untuk tidak berhubungan dengan Suaminya lagi, ajaibnya
karena pertemuan itu ia mengandung dan beberapa hari berselang Gajah Para
meninggal. Kisah Ken Angrok belum berhenti sampai situ, setelah dibuang Ken
Endok selepas dilahirkan ia menarik perhatian seorang pencuri bernaman Lembong
karena memancarkan sinar dari tubuhnya, dari sinilah petualangan Ken Angrok
sebagai pencuri, perampok, pembunuh, dan tabiat keji lainnya di mulai.
Ken Angrok menjadi sangat terkenal dikalangan rakyat Tumapel juga diseluruh antero pemerintahan kerajaan Daha, hebatnya dari semua pengejaran yang diperintahkan oleh Akuwu Tumapel, Ken Angrok berhasil lolos, dan karena hal itu seorang Brahmana yang sangat berkharisma bernama Danghyang Lohgawe mengakuinya sebagai seorang anak, dan berkat bantuanya pula Ken Angrok bisa masuk ke dalam tubuh pemerintahan akuwu Tunggul Amentung. Kisah tentang keris Mpu Gandring sudah terkenal dikalangan masyarakat jawa, drama pembunuhan Tunggul Amentung menjadi sebuah peristiwa yang direncanakan dan disusun dengan sangat rapi.
Semua konspirasi yang dilakukan Ken Angrok
mendapatkan buah yang sangat manis, memperistri Ken Dedes dan juga duduk
sebagai akuwu Tumapel yang baru. Ken Angrok menjadi sosok yang sangat cepat
dalam memobilisasi peristiwa sejarah, selang beberapa waktu setelah menjadi
Akuwu para brahmana dari Daha berdatangan untuk meminta perlindungan dari Ken
Angrok, dan dengan restu para brahmana ini Ken Angrok mendapat gelar Sri Rajasa
Sang Amurwwabhumi. Penaklukan Daha terjadi di tahun 1144 Saka (1122 Masehi),
dengan hancurnya Daha era kerajaan Singahasari pun dimulai.
Berbeda dengan tokoh-tokoh sebelumnya yang tidak terlalu menghadirkan cerita fantasi yang sangat jelas, peceritaan Ken Angrok dari sumber sejarah primer berupa Kitab Pararaton sangat mengistimewakannya sebagai orang dengan kesaktian dan kharisma luar biasa serta kehidupan yang penuh dengan keajaiban. Dari sini ada sebuah pertanyaan dalam benak penulis, “apakah dari sekian cerita ini adalah pengambaran dari apa-apa yang sebenarnya terjadi?” dalam Kakawin Nagarakertagama dijelaskan bahwa pada tahun 1104 Saka (1182 M) ada seorang raja besar yang perwira, putra Sri Girinātha. Konon kabarnya lahir tanpa melalui kandungan. Sri Ranggah Rajasa nama beliau, penggempur musuh, pahlawan bijak. Semua orang tunduk sujud menyembah sebagai tanda bakti. Daerah subur yang luas di sebelah timur Gunung Kawi tempat menunaikan dharmmanya.
Ibu kota kerajaannya bernama Kutharaja. Tahun 1144 Saka (1222 M) beliau melawan raja Kertajaya dari Kadiri. Setelah raja Kertajaya dikalahkan, Kadiri dapat direbutnya. Bersatulah Janggala dan Kadiri di bawah kekuasaannya. Makin bertambah besarlah kekuasaan dan wibawa putra Sri Girinätha. Keterangan sebelumnya juga bisa dikaitkan dengan pernyataan yang mengatakan bahwa Ken Angrok tidak mungkin berasal dari kalangan rakyat biasa saja, jika mengingat fungsi dan kedudukan seorang penguasa atau raja dalam masyarakat Indonesia kuno dan juga keadaan serta susunan masyarakat dengan sistem kepercayaannya, tentulah Ken Angrok pun anak penguasa atau sang Amawa Bhumi, walaupun ternyata ibunya hanya seorang perempuan desa. Boechari telah memberikan tafsiran yang lain terhadap cerita Ken Angrok. Menurutnya Sang Amawa Bhumi yang telah memerkosa Ken Endok sampai ia mengandung dan melahirkan Ken Angrok itu tiada lain adalah berkuasa atas wilayah dan rakyat di situ. Sebagai seorang penguasa ia luput dari jangkauan hukum, bahkan ia mempunyai kekuasaan untuk menyingkirkan laki-laki yang menjadi suami sah dari seorang perempuan yang diingininya. Sebagai seorang anak sang amawa bhumi, Ken Angrok mempunyai kemampuan mengeluarkan sinar dari tubuhnya.
Mengingat bahwa dengan
mudah Ken Angrok diterima pengabdiannya oleh Tunggul Amětung, dan mengingat
pula bahwa setelah ia membunuh dengan mudah pula ia memperistrikan Ken Děděs,
dan menggantikan kedudukannya sebagai akutu Tumapěl tanpa ada campur tangan
dari rakyat dan kaum keluarga Tunggul Amětung, Boechari berpendapat bahwa Ken
Angrok adalah anak Tunggul Amětung. Dalam hal ini dapat pula terjadi bahwa Ken
Endok tidak dibawa ke dalam puri. Lebih jauh lagi Boechari mengemukakan bahwa
sebagai seorang anak yang dilahirkan di luar perkawinan, atau anak selir yang
tidak dimasukkan ke dalam puri, tentulah Ken Angrok tidak berhak mewarisi
apa-apa, lebih-lebih lagi kalau Tunggul Amětung mempunyai anak dari istri
utamanya.
Sumber sejarah yang menceritakan kehidupan Ken Angrok memuat gagasan realisme magis dalam penulisannya, banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang disisipi dan diisi dengan cerita-cerita magis. Sama dengan kajian sebelumnya cerita-cerita magis ini menjadi pengambaran dari realita sebenarnya, penulis menduga kalau cerita seputar Ken Angrok yang dilahirkan tanpa ayah, melainkan anugrah dari dewa Brahma adalah untuk menutupi realita yang sebenernya, bisa jadi Ken Angrok adalah anak yang lahir dari hasil hubungan gelap antara Ken Endok dan seorang yang sangat berkuasa sehingga bersih dari hukum saat melenyapkan Gajah Para.
Ken Angrok yang digambarkan memancarkan sinar juga bisa
jadi sebagai perumpaan dari kharismanya yang besar, mengingat gampangnya
tokoh-tokoh sekelas Lohgawe, Tunggul Amentung, Ken Dedes, dan pencuri legndaris
pun bisa tunduk dan tertarik dengan sosok Ken angrok. Bukan tidak mungkin bahwa
Ken Angrok memiliki yang kharisma seorang raja, adalah keturunan bangsawan. Hal
ini menjadi sangat masuk akal kalau dihubungkan dengan pendapat-pendapat para
ahli sebelumnya, peristiwa-peritiwa yang dibuat secara ajaib seakan-akan untuk menutupi
realita sebenarnya, gagasan realisme magis bermain di sini dimana
realita-realita sejarah disampaikan denga narasi-narasi magis sehingga saling
melengkapi, peristiwa sejarah juga bisa ditangkap dari peristiwa-peristiwa yang
terlihat ajaib. (Ian Muhtarom)
Posting Komentar