Sejarah dan Kearifan Lokal - Konflik ini
bermula ketika agresi militer II Belanda yang terjadi di Jawa Timur. Kondisi
tersebut mendorong perlawanan oleh militer Indonesia untuk kembali bergerilya
secara mobile karena memang
persenjataan yang tidak seimbang. TNI yang terdiri dari Brigade 2 dari Divisi I
Jawa Timur yang bermarkas di Kediri dan sedang ditugaskan di Garnisun Blitar
Utara antara Wlingi hingga Srengat terpaksa meninggalkan teritorialnya guna
Bergerilya.
Dari kekosongan tersebut, untuk
sementara diisi Tentara Pelajar (TRIP). Waktu itu TRIP memiliki markas di Desa
Garbu yang sekarang sudah menjadi Tegalasri Kecamatan Wlingi sebelah utara
Kabupaten Blitar.
Tugas TRIP sejatinya sama seperti
TNI, mereka melatih baca tulis masyarakat, menjaga keamanan dan dapat
keuntungan khusus berupa hasil Perkebunan. Perkebunan yang dikuasai TRIP cukup
banyak seperti Perkebunan Kelud selatan didalamnya yaitu: Jurang Banteng, Tloto
Rejo dan Perkebunan lereng Kawi Selatan.
Pimpinan TRIP, Mayor Isman melakukan
bagi hasil keuntungan perkebunan dengan rasio 40:40:20 dimana 40 persen untuk
rakyat, 40 persen untuk TRIP dan 20 persen untuk satuan. Besaran itu biasanya
digunakan untuk membiayai perlengkapan senjata, sekolah dan santunan anggota
yang cacat. Pembagian ini dinilai beberapa kalangan masyarakat tidak adil dan
menjadi bahan iri-irian.
Setelah Indonesia mendapat kedaulatan secara resmi Divisi
I Jatim berhenti melakukan gerilya dan kembali ke Kediri. Soerachmad sebagai
pimpinan Brigade 2 mengirim surat kepada
TRIP untuk mengembalikan perkebunan. Surat itu tidak direspon oleh TRIP dan
cenderung diabaikan sehingga timbul isu TRIP tidak mau mengembalikan perkebunan
kepada TNI.
Menerima respon tersebut, Soerachmad marah lalu mengambil
tindakan dengan mengirim empat batalyonnya. Masing-masing dua batalyonnya
menyerang TRIP dari arah barat dan utara. Berdasarkan catatan sejarah,
peristiwa ini menyebabkan empat orang tewas (dari sipil dan TNI), 19 orang
ditawan dan beberapa orang China yang diduga mendukung TRIP juga ditangkap.
TRIP tidak bisa
bertahan dari kepungan TNI karena kalah persenjataan dan jumlah pasukan. TRIP
pun harus mundur mengosongkan kota dan pergi ke arah Wlingi untuk melakukan
konsolidasi di Gabru (Tegalasri). Perseteruan ini pun
sampai ke telinga pimpinan divisi TRIP sehingga dikirimkan perwakilan Mobil
Brigada (sekarang Brimob), Mohammad Yasin. Pasukan ini bertugas memisahkan TNI
dan TRIP dengan menggunakan senjata.
Anggota TRIP ditangkap dan ditahan di Kediri selama beberapa bulan sebelum dibebaskan oleh demonstrasi Ibu-ibu tentara pelajar tersebut. Mereka bebas dengan syarat seragam dan senjatanya ditanggalkan. Anak-anak TRIP juga diminta serius belajar di sekolah dan berjanji tak akan terlibat dalam ketentaraan kembali.
Posting Komentar