Peristiwa TRIP 1950: Ketika TRIP berseteru dengan Brigade “S”

 


Sejarah dan Kearifan Lokal - Konflik ini bermula ketika agresi militer II Belanda yang terjadi di Jawa Timur. Kondisi tersebut mendorong perlawanan oleh militer Indonesia untuk kembali bergerilya secara mobile karena memang persenjataan yang tidak seimbang. TNI yang terdiri dari Brigade 2 dari Divisi I Jawa Timur yang bermarkas di Kediri dan sedang ditugaskan di Garnisun Blitar Utara antara Wlingi hingga Srengat terpaksa meninggalkan teritorialnya guna Bergerilya.


Dari kekosongan tersebut, untuk sementara diisi Tentara Pelajar (TRIP). Waktu itu TRIP memiliki markas di Desa Garbu yang sekarang sudah menjadi Tegalasri Kecamatan Wlingi sebelah utara Kabupaten Blitar.


Tugas TRIP sejatinya sama seperti TNI, mereka melatih baca tulis masyarakat, menjaga keamanan dan dapat keuntungan khusus berupa hasil Perkebunan. Perkebunan yang dikuasai TRIP cukup banyak seperti Perkebunan Kelud selatan didalamnya yaitu: Jurang Banteng, Tloto Rejo dan Perkebunan lereng Kawi Selatan.


Pimpinan TRIP, Mayor Isman melakukan bagi hasil keuntungan perkebunan dengan rasio 40:40:20 dimana 40 persen untuk rakyat, 40 persen untuk TRIP dan 20 persen untuk satuan. Besaran itu biasanya digunakan untuk membiayai perlengkapan senjata, sekolah dan santunan anggota yang cacat. Pembagian ini dinilai beberapa kalangan masyarakat tidak adil dan menjadi bahan iri-irian.


Setelah Indonesia mendapat kedaulatan secara resmi Divisi I Jatim berhenti melakukan gerilya dan kembali ke Kediri. Soerachmad sebagai pimpinan Brigade 2  mengirim surat kepada TRIP untuk mengembalikan perkebunan. Surat itu tidak direspon oleh TRIP dan cenderung diabaikan sehingga timbul isu TRIP tidak mau mengembalikan perkebunan kepada TNI.


Menerima respon tersebut, Soerachmad marah lalu mengambil tindakan dengan mengirim empat batalyonnya. Masing-masing dua batalyonnya menyerang TRIP dari arah barat dan utara. Berdasarkan catatan sejarah, peristiwa ini menyebabkan empat orang tewas (dari sipil dan TNI), 19 orang ditawan dan beberapa orang China yang diduga mendukung TRIP juga ditangkap.


TRIP tidak bisa bertahan dari kepungan TNI karena kalah persenjataan dan jumlah pasukan. TRIP pun harus mundur mengosongkan kota dan pergi ke arah Wlingi untuk melakukan konsolidasi di Gabru (Tegalasri). Perseteruan ini pun sampai ke telinga pimpinan divisi TRIP sehingga dikirimkan perwakilan Mobil Brigada (sekarang Brimob), Mohammad Yasin. Pasukan ini bertugas memisahkan TNI dan TRIP dengan menggunakan senjata.


Anggota TRIP ditangkap dan ditahan di Kediri selama beberapa bulan sebelum dibebaskan oleh demonstrasi Ibu-ibu tentara pelajar tersebut. Mereka bebas dengan syarat seragam dan senjatanya ditanggalkan. Anak-anak TRIP juga diminta serius belajar di sekolah dan berjanji tak akan terlibat dalam ketentaraan kembali. 


Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama